BPOM Setujui Penggunaan Abemaciclib, Harapan Baru Pengidap Kanker Payudara

Selasa, 20 Juni 2023 - 18:25 WIB
loading...
BPOM Setujui Penggunaan...
BPOM menyetujui Abemaciclib, obat untuk terapi pasien dengan HR+ HER2- kanker payudara stadium awal dengan resiko tinggi. Foto/Ilustrasi/Getty Images
A A A
JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui Abemaciclib, obat untuk terapi pasien dengan HR+ HER2- kanker payudara stadium awal dengan resiko tinggi. Tentu hal ini menjadi harapan baru bagi penyandang kanker payudara. Dengan terapi menggunakan obat tersebut, maka diharapkan pasien tetap berobat di dalam negeri.

"Abemaciclib telah mendapatkan persetujuan dari BPOM untuk pasien kanker payudara stadium awal. Sebelumnya, kami sudah mendapatkan approval untuk stadium lanjut,” kata COO ZP Therapeutics Aylie Wijaya dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Selasa (20/6/2023).

Dia ingin pasien kanker payudara di Indonesia bisa mendapatkan pengobatan Abemaciclib yang bisa ditambahkan dengan terapi endokrin adjuvant untuk terapi HR+ HER2- pada pasien kanker payudara stadium awal.

Menurutnya, ini baru pertama kali BPOM menyetujui obat untuk stadium awal kanker payudara. Terutama untuk yang jenis HR+ HER2-.

“Kami berharap dengan ini bisa memberikan pilihan terapi oleh dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucapnya.



Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) TB Djumhana Atmakusuma membenarkan hal itu. Dengan izin dari BPOM, maka dokter sekarang boleh meresepkan obat tersebut untuk penyandang kanker stadium awal dengan HR+ HER2-.

“Selama ini tidak ada obat yang untuk HR+ HER2-. Selama ini obatnya hormonal terapi atau pada keadaan tertentu kemoterapi,” katanya.

Dengan terapi tersebut, dia berharap kekambuhan dari sel kanker akan lebih kecil. Kalau pun kambuh, bisa dalam hitungan tahun. Selain itu, menurutnya, dengan tambahan opsi terapi ini, diharapkan pasien di Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri. "Di Indonesia saja pengobatan sudah bisa. Tidak usah ke luar negeri,” katanya.

Ahli hematologi lainnya Prof Dr dr Ary Harryanto Sp.PD-KHOM menuturkan jika kanker diterapi dengan benar maka pengobatannya tidak perlu ke luar negeri. Sejauh ini menurut pengalamannya, pasien kanker yang meninggal karena metastase atau penyebaran itu sebesar 35 persen saja. “Yang banyak itu karena kardiovaskular, mudah infeksi, atau penyakit lain seperti diabetes,” katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)